Tuesday, February 2, 2010

Andi

Posted by Dyah Sathya On Tuesday, February 02, 2010
Hari itu, Viska duduk termenung di kamarnya. Dimain-mainkannya gelang pemberian dari Andi, mantan kekasihnya. Tatapannya sendu. Entah apa yang berkecamuk di hatinya.
"Ika..", panggil bunda Viska.
"Iya Bunda..", jawab Viska sedikit terkaget.
"Em.. Memang, kita sudah pernah membahsa soal ini, tapi kamu mau ya, untuk di kemoteraphy?" tanya ibunda Viska pelan, penuh harap.
"Bunda, jawaban Ika masih sama! Enggak! Ika nggak mau mati botak bunda! Tolong, ngertiin Ika!!", jawab Viska tegas.
"Tapi nak, kenapa kamu sangat yakin, kalau kamu akan mati?", tanya ibunda Viska.
"Ika tau semuanya Bunda! Ika tau, pembicaraan bunda dan dokter waktu itu!", jawab Viska.
"Tapi nak...", omongan ibunda Viska terputus. 

"Baiklah, kalau itu keputusanmu. Tapi, tetap pikirkanlah..", ujar ibunda Viska dan kemudian pergi.
"Bukannya Ika nggak mau nurutin Bunda.. Tapi, Ika tau. Kemoteraphy itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dan, untuk apa buang-buang uang, kalau misalnya pada akhirnya Ika akan mati Bunda.. Ika sudah tidak punya semangat hidup Bunda. Ika bertahan, hanya karena Bunda.. Ika bisa saja meninggalkan bunda saat ini juga. Tapi, Ika sayang sama Bunda..", ujar Ika dalam kesendiriannya.
Masih main-mainkannya gelang itu.
"Andi.. Seandainya kamu ada disini, memberikan semangat kepadaku.. Mungkin aku mau untuk kemo.. Tapi, aku tau. Dan aku sadar. Makasi ya Andi.. Kamu sudah pernah memberi warna dalam hidupku..", ujar Viska.
"Sudah cukup bagiku untuk jatuh cinta. Aku tak ingin merasakannya lagi..", ujarnya dan menaruh gelang pemberian Andi di lemari.
Categories:

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkomentar.. Saran dan kritiknya saya tunggu lho.. :-D