Hari itu Viska berdiam diri. Entah apa, yang dipikirkannya.
"Dia telah menyukai wanita lain. Emm... mungkin di kelasnya.. Feelingku, berkata demikian..", pikirnya. Ia kemudian tersenyum. Nampaknya senyum yang dipaksanya untuk melebar.
"Apapun yang terjadi padanya, entah ia telah menyukai wanita lain.. Toh, aku bukan siapa-siapanya. Aku turut senang, jika dia senang..", pikirnya kembali.
Ia kemudian teringat sesuatu.
"Kejadian tadi sore..", pikirnya terhenti. "Vino orang baik.. Sahabat yang baik..", batinnya.
"Aku sebenarnya tau. Dan mengerti. Namun, aku hanya tak ingin sakit hati lagi.
Okey. Memang, semua orang bisa berubah. Termasuk dia.. Namun, aku tak ingin merusak yang sudah ada. Aku juga tak ingin merasakannya lagi. Cukup 2 kali...", batinnya. Ia kemudian menarik nafas panjang. Berusaha tetep tersenyum.
Okey. Memang, semua orang bisa berubah. Termasuk dia.. Namun, aku tak ingin merusak yang sudah ada. Aku juga tak ingin merasakannya lagi. Cukup 2 kali...", batinnya. Ia kemudian menarik nafas panjang. Berusaha tetep tersenyum.
"Seharusnya, dalam keadaan seperti ini, teater bisa menenangkanku.. Tapi, sudah lama tidak berakting..", pikirnya.
"Hidup itu seperti panggung sandiwara.. Semua bisa berpura-pura. Siapapun..", pikirnya kemudian.
Hadapi dengan senyuman..
semua yang terjadi, biar terjadi..
hadapi..
dengan tenang jiwa..
semua akan..
baik-baik saja..
Tak lama, sebuah lagu telah mengalun pelan dari ponselnya, mengiringi air mata yang mengalir di pipinya yang tersenyum. Berharap, secerca semangat bisa hadir kembali dalam hatinya.
"Aku kan orang tegar.. Aku orang kuat..", ucapnya kemudian.
"Aku benar-benar tak ingin memiliki perasaan seperti ini lagi. Benar-benar tak ingin. Tapi, kemana aku yang selalu ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya pada Tuhan? Kemana aku yang membiarkan semuanya mengalir dan tak mengekang perasaanku sendiri? Kemana? Apakah aku lelah untuk sakit hati? Aku benar-benar ingin menutup hatiku, untuk siapapun.. Aku benar-benar tak ingin sakit hati lagi. Benar-benar tak ingin. Mungkin memang belum saatnya, aku untuk merasakan hal seperti ini.." batinnya dalam tangis, namun ia tetap tersenyum.
"Inilah takdir Tuhan, yang telah Ia pilihkan untukku.. Aku harus tetap menjalaninya. Okey.. Okey.. Aku kembali pada pemikiranku semula.. Membiarkan semuanya terjadi. Mengalir. Apapun, dan siapapun. Namun, aku ingin menenangkan hati dan perasaanku dulu.. Di satu sisi, aku sedang membutuhkan seseorang. Namun disisi lain, aku hanya ingin sendiri...", batinnya dalam tangis.
Senyum masih terbingkai dalam wajahnya. Memberikan makna berbeda dengan apa yang dirasakannya. Entah apa maksud senyum itu.
Angin berhembus pelan. Kamar Viska sepi. Yang terdengar, hanyalah alunan lagu dari Band Dewa tersebut. Namun Viska masih tersenyum, meski air matanya terus mengalir..
Categories:
aq ga tralu ngerti sama novel, agak bingung...hehehe
ReplyDelete