.........................
“Eh Vis, tadi kamu salah berapa?” tanya Kinan diparkiran sekolah.
“Em, nggak ada..” jawab Viska sambil mengeluarkan sepeda birunya.
“Eh, tadi kan aku duduk bareng Ira, tau nggak dia bilang apa?” tanya Kinan.
“Emangnya dia bilang apa?” jawab Viska.
“Ya, dia cuman komentar..” ujar Kinan.
“Komentar apa?” tanya Viska.
“Dia bilang ‘Eh, sekarang kok Viska pacaran aja ya sama Vino kerjaannya?’gitu..” jawab Kinan.
“Itu namanya dia nanya! Terus, kamu jawab apa?” tanya Viska.
“Ya, aku jawab aja nggak tau. Kan, aku emang nggak tau..” jawab Kinan.
“Aku nggak pacaran kok sama Vino..” ujar Viska membela diri.
“Iya.. Tapi, kelihatan kayak orang pacaran..” jawab Kinan tak mau kalah.
“Peduli amat kata orang...” ujar Viska seraya mengayuh sepedanya dan berpisah dengan Kinan.
“Ternyata, bener yang dibilang buku itu. Tuhan memang sudah mengatur semua.. Seneng dech, bisa nyanyi berdua bareng Vino.. Oh Vino...” pikirnya sambil tersenyum disiang itu.
* * *
“Oh Tuhan... Aku ketiduran...” teriak Viska di pagi itu. Diliriknya jam di dinding. Pukul 05.55. Segera ia bergegas mandi dan mengemas buku pelajarannya. Tak sempat ia sarapan, segera ia kayuh sepedanya. Namun ada yang ia lupakan. Obatnya.
“Oh iya. Aku kan belum selesai buat kliping. Tinggal ditempel sieh..” pikirnya seraya mengayuh lebih cepat. Sesampainya disekolah, segera ia parkirkan sepedanya, dan menuju padmasana. Masih saja ia sempatkan untuk sembahyang.
Setelah sembahyang, segera ia berlari menuju kelasnya. Diambilnya buku gambarnya, ditempelnya kertas-kertas koran bergambar manusia itu. Betapa beruntungnya dia, karena memiliki sahabat-sahabat yang selalu siap membantunya. Alhasil, selesailah tugas klipingnya tepat waktu.
“Eh Vis, tugasnya boleh kliping, boleh gambaran kan?” tanya Vino.
“Yang ku denger sieh gitu..” jawab Viska.
“Arrgh.. Aduh..” tiba-tiba Viska meringis.
“Kenapa Vis, lagi dapet ya?” tanya Vino sambil tersenyum.
“Enggak! Kayaknya lambungku deh..” jawab Viska memegangi perut kirinya. Nampaknya penyakit Viska tak sesederhana yang dikatakannya.
“Oh Tuhan.. Kuatkanlah hamba ya Tuhan..” batin Viska.
Pak Guru melukis perlahan memasuki ruang kelas.
“Ya, anak-anak, silahkan dikumpulkan gambarannya..” ujar Guru kesenian yang tak begitu tinggi tersebut.
“Pak, klipingnya juga pak?” celetuk seseorang.
“Kliping? Tugas anak-anak adalah membuat gambaran. Bukan kliping!” jawab Pak Guru.
Deg.
Jantung Viska seperti berhenti berdetak.
“Oh Tuhan.. Jangan bilang aku salah tugas.” batin Viska khawatir.
“Tapi Pak, waktu ini bapak bilang boleh buat kliping, boleh gambaran!?!” protes Vino.
“Maksud bapak, gmabarannya itu, boleh mencontoh dari koran. Tapi, tugas anak-anak adalah membuat gambaran..” jelas Pak Guru.
Deg.
“Oh Tuhan.. Apa maksud semua ini?” batin Viska sedikit panik.
Segera ia meraih buku gambarnya dan menggoreskan pensilnya.
“Waktu tinggal setengah jam. Bakal selesai nggak ya?” ujar Viska mulai panik.
“Nan, bantuin aku donk!” pinta Viska.
“Aduh.. Aku lagi ngerjain punya temen-temen nih..” tolak Kinan.
“Emang aku bukan temenmu? Ah, udahlah. Aku buat sendiri aja.” batin Viska, membuat kepalanya terasa semakin berat.
“Pak Gurunya gimana sih? Waktu ini katanya boleh buat kliping..” keluh Vino yang juga membuat kliping.
“Ya, nggak apa-apa juga kan. Jugaan kamu udah punya gambaran yang cuma tinggal diwarna aja..” jawab Rezky yang sudah mengumpul gambarannya.
“Ya... Tapi, kan kasian Viska. Udah capek-capek buat, tapi nggak dikumpul..” jawab Vino.
“Udahlah Vin, nggak apa-apa..” celetuk Viska kelihatn pasrah.
Akhirnya, dengan sedikit tergesa-gesa, selesailah gambaran Viska.
“ Huf!! Ya, tak apalah.. Akhirnya selesai juga.” batin Viska sedikit lega. Setidaknya dapat mengurangi beban karena sakit di kepala dan perut kirinya.
“Mau aku bantu Vin?” tanya Viska melihat Vino belum menyelesikan gambarannya, sementara bel pulang sekolah tinggal lima meint lagi.
“Em, iya dah. Tolong bantu tebelin!” jawab Vino sedikit panik.
“Yang pasti harus selesai sekarang! Aku nggak mau tugas ini jadi bahan pikiran.” ujar Vino kemudian. Entah bagaimana, Viska dan Vino kini telah satu tempat duduk.
“Oh Tuhan... Getaran ini.. Oh.. Nyaman banget.” batin Viska seraya menebalkan garis pada gambar burung garuda Vino.
“Ya ampun.. Thanks banget ya Vis.. Tadi aku minta bantuannya Rezky, dia nggak mau bantu..” ujar Vino ditengah kepanikannya.
“Iya.. Jugaan aku udah dinilai..” jawab Viska.
“Lagian.. Kamu hangat banget. Aku nyaman banget duduk disampingmu.. Jangankan ampe pulang sekolah, ampe besok pun aku ikhlas untuk duduk sama kamu..” ujar Viska dalam hati.
Nampaknya banyak yang memperhatikan, dan membicarakan mereka. Tapi, mereka tak mempedulikannya. Mereka tetap fokus menyelesaikan gambaran tersebut.
Teet... Teet... Teet... Bel pulang sekolah telah berbunyi. Pak Guru menggambar telah beranjak dari tempat duduknya.
Untungnya gambaran Vino sudah selesai. Segera Vino berlari dan mencegat Pak Guru kesenian itu.
“Huff! Akhirnya. Thanks ya Vis..” ujar Vino lega.
“Iya Vin..” jawab Viska.
Vino sudah bergegas keluar kelas. Sementara Viska masih di kelas, belum selesai mengemas bukunya.
“Thanks ya Vis..” ujar Vino dari jendela, untuk ke sekian kalinya.
“Tanpa kamu suruh pun, dengan senang hati aku bakal bantu kamu kok Vin..” batin Viska.
“Tuhan.. Thanks banget. Aku sekarang ngerti maksudMu untuk nakdirin aku salah tugas. Aku jadi makin deket sama Vino. Thanks banget Tuhan...” batin Viska tersenyum-senyum ketika mengambil sepedanya.
Dengan cepat ia kayuh sepedanya. Entah karena ia bersemangat, ia lapar, atau karena tidak tahan dengan rasa sakit di kepala dan perutnya, yang tak kunjung sirna.
Viska melangkah gontai memasuki kamarnya. Hingga akhirnya kedua kakinya tak kuat menopang tubuhnya. Dan Viska ambruk, tepat di tempat tidur.
* * *
“Eh Vis, tadi kamu salah berapa?” tanya Kinan diparkiran sekolah.
“Em, nggak ada..” jawab Viska sambil mengeluarkan sepeda birunya.
“Eh, tadi kan aku duduk bareng Ira, tau nggak dia bilang apa?” tanya Kinan.
“Emangnya dia bilang apa?” jawab Viska.
“Ya, dia cuman komentar..” ujar Kinan.
“Komentar apa?” tanya Viska.
“Dia bilang ‘Eh, sekarang kok Viska pacaran aja ya sama Vino kerjaannya?’gitu..” jawab Kinan.
“Itu namanya dia nanya! Terus, kamu jawab apa?” tanya Viska.
“Ya, aku jawab aja nggak tau. Kan, aku emang nggak tau..” jawab Kinan.
“Aku nggak pacaran kok sama Vino..” ujar Viska membela diri.
“Iya.. Tapi, kelihatan kayak orang pacaran..” jawab Kinan tak mau kalah.
“Peduli amat kata orang...” ujar Viska seraya mengayuh sepedanya dan berpisah dengan Kinan.
“Ternyata, bener yang dibilang buku itu. Tuhan memang sudah mengatur semua.. Seneng dech, bisa nyanyi berdua bareng Vino.. Oh Vino...” pikirnya sambil tersenyum disiang itu.
* * *
“Oh Tuhan... Aku ketiduran...” teriak Viska di pagi itu. Diliriknya jam di dinding. Pukul 05.55. Segera ia bergegas mandi dan mengemas buku pelajarannya. Tak sempat ia sarapan, segera ia kayuh sepedanya. Namun ada yang ia lupakan. Obatnya.
“Oh iya. Aku kan belum selesai buat kliping. Tinggal ditempel sieh..” pikirnya seraya mengayuh lebih cepat. Sesampainya disekolah, segera ia parkirkan sepedanya, dan menuju padmasana. Masih saja ia sempatkan untuk sembahyang.
Setelah sembahyang, segera ia berlari menuju kelasnya. Diambilnya buku gambarnya, ditempelnya kertas-kertas koran bergambar manusia itu. Betapa beruntungnya dia, karena memiliki sahabat-sahabat yang selalu siap membantunya. Alhasil, selesailah tugas klipingnya tepat waktu.
“Eh Vis, tugasnya boleh kliping, boleh gambaran kan?” tanya Vino.
“Yang ku denger sieh gitu..” jawab Viska.
“Arrgh.. Aduh..” tiba-tiba Viska meringis.
“Kenapa Vis, lagi dapet ya?” tanya Vino sambil tersenyum.
“Enggak! Kayaknya lambungku deh..” jawab Viska memegangi perut kirinya. Nampaknya penyakit Viska tak sesederhana yang dikatakannya.
“Oh Tuhan.. Kuatkanlah hamba ya Tuhan..” batin Viska.
Pak Guru melukis perlahan memasuki ruang kelas.
“Ya, anak-anak, silahkan dikumpulkan gambarannya..” ujar Guru kesenian yang tak begitu tinggi tersebut.
“Pak, klipingnya juga pak?” celetuk seseorang.
“Kliping? Tugas anak-anak adalah membuat gambaran. Bukan kliping!” jawab Pak Guru.
Deg.
Jantung Viska seperti berhenti berdetak.
“Oh Tuhan.. Jangan bilang aku salah tugas.” batin Viska khawatir.
“Tapi Pak, waktu ini bapak bilang boleh buat kliping, boleh gambaran!?!” protes Vino.
“Maksud bapak, gmabarannya itu, boleh mencontoh dari koran. Tapi, tugas anak-anak adalah membuat gambaran..” jelas Pak Guru.
Deg.
“Oh Tuhan.. Apa maksud semua ini?” batin Viska sedikit panik.
Segera ia meraih buku gambarnya dan menggoreskan pensilnya.
“Waktu tinggal setengah jam. Bakal selesai nggak ya?” ujar Viska mulai panik.
“Nan, bantuin aku donk!” pinta Viska.
“Aduh.. Aku lagi ngerjain punya temen-temen nih..” tolak Kinan.
“Emang aku bukan temenmu? Ah, udahlah. Aku buat sendiri aja.” batin Viska, membuat kepalanya terasa semakin berat.
“Pak Gurunya gimana sih? Waktu ini katanya boleh buat kliping..” keluh Vino yang juga membuat kliping.
“Ya, nggak apa-apa juga kan. Jugaan kamu udah punya gambaran yang cuma tinggal diwarna aja..” jawab Rezky yang sudah mengumpul gambarannya.
“Ya... Tapi, kan kasian Viska. Udah capek-capek buat, tapi nggak dikumpul..” jawab Vino.
“Udahlah Vin, nggak apa-apa..” celetuk Viska kelihatn pasrah.
Akhirnya, dengan sedikit tergesa-gesa, selesailah gambaran Viska.
“ Huf!! Ya, tak apalah.. Akhirnya selesai juga.” batin Viska sedikit lega. Setidaknya dapat mengurangi beban karena sakit di kepala dan perut kirinya.
“Mau aku bantu Vin?” tanya Viska melihat Vino belum menyelesikan gambarannya, sementara bel pulang sekolah tinggal lima meint lagi.
“Em, iya dah. Tolong bantu tebelin!” jawab Vino sedikit panik.
“Yang pasti harus selesai sekarang! Aku nggak mau tugas ini jadi bahan pikiran.” ujar Vino kemudian. Entah bagaimana, Viska dan Vino kini telah satu tempat duduk.
“Oh Tuhan... Getaran ini.. Oh.. Nyaman banget.” batin Viska seraya menebalkan garis pada gambar burung garuda Vino.
“Ya ampun.. Thanks banget ya Vis.. Tadi aku minta bantuannya Rezky, dia nggak mau bantu..” ujar Vino ditengah kepanikannya.
“Iya.. Jugaan aku udah dinilai..” jawab Viska.
“Lagian.. Kamu hangat banget. Aku nyaman banget duduk disampingmu.. Jangankan ampe pulang sekolah, ampe besok pun aku ikhlas untuk duduk sama kamu..” ujar Viska dalam hati.
Nampaknya banyak yang memperhatikan, dan membicarakan mereka. Tapi, mereka tak mempedulikannya. Mereka tetap fokus menyelesaikan gambaran tersebut.
Teet... Teet... Teet... Bel pulang sekolah telah berbunyi. Pak Guru menggambar telah beranjak dari tempat duduknya.
Untungnya gambaran Vino sudah selesai. Segera Vino berlari dan mencegat Pak Guru kesenian itu.
“Huff! Akhirnya. Thanks ya Vis..” ujar Vino lega.
“Iya Vin..” jawab Viska.
Vino sudah bergegas keluar kelas. Sementara Viska masih di kelas, belum selesai mengemas bukunya.
“Thanks ya Vis..” ujar Vino dari jendela, untuk ke sekian kalinya.
“Tanpa kamu suruh pun, dengan senang hati aku bakal bantu kamu kok Vin..” batin Viska.
“Tuhan.. Thanks banget. Aku sekarang ngerti maksudMu untuk nakdirin aku salah tugas. Aku jadi makin deket sama Vino. Thanks banget Tuhan...” batin Viska tersenyum-senyum ketika mengambil sepedanya.
Dengan cepat ia kayuh sepedanya. Entah karena ia bersemangat, ia lapar, atau karena tidak tahan dengan rasa sakit di kepala dan perutnya, yang tak kunjung sirna.
Viska melangkah gontai memasuki kamarnya. Hingga akhirnya kedua kakinya tak kuat menopang tubuhnya. Dan Viska ambruk, tepat di tempat tidur.
* * *
Categories:
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkomentar.. Saran dan kritiknya saya tunggu lho.. :-D